Rabu, Oktober 4, 2023

5 Fakta Menarik Tentang KH Maimun Zubair, Ulama Indonesia yang Jasadnya Masih Utuh Setelah 4 Tahun Dimakamkan

Mbah Moen meninggal dunia di Rumah Sakit An Noer, Makkah, Arab Saudi, pada Selasa 6 Agustus 2019 pukul 04.17 waktu Arab Saudi

Print Friendly, PDF & Email
Bagikan Berita Ini
KH Maimun Zubair (foto-IST)
KH Maimun Zubair (foto-IST)

PONTIANAK- 5 Fakta Menarik Tentang KH Maimun Zubair, Ulama Indonesia yang Jasadnya Masih Utuh Setelah 4 Tahun Dimakamkan

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi baru-baru ini membongkar makam ulama kharismatik, KH Maimun Zubair, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen, bersama dengan beberapa makam lainnya di Ma’la Makkah. 

Mbah Moen merupakan pimpinan pondok pesantren Al Anwar di Rembang dan juga merupakan mustasyar PBNU.

Pembongkaran ini merupakan kegiatan yang biasa dilakukan setiap tiga atau empat tahun sekali karena lahan pemakaman di area tersebut cukup terbatas. 

Sejumlah jenazah warga Indonesia yang sebelumnya dimakamkan di Ma’la dipindahkan karena kondisinya yang sudah hancur.

Mbah Moen meninggal dunia di Rumah Sakit An Noer, Makkah, Arab Saudi, pada Selasa 6 Agustus 2019 pukul 04.17 waktu Arab Saudi. 

Artinya, sudah sekitar 4 tahun sejak jenazahnya dimakamkan di Ma’la. 

Namun, ketika makamnya dibongkar, jenazah Mbah Moen ternyata masih dalam keadaan utuh, sehingga makamnya tidak jadi dipindahkan.

Gus Rifqil, seorang tokoh yang akrab dengan Mbah Moen, menyatakan bahwa ia telah berkomunikasi langsung dengan petugas makam menggunakan bahasa Arab. 

Petugas tersebut memastikan bahwa jenazah Mbah Moen masih utuh. 

Oleh karena itu, makam KH Maimun Zubair tetap berada pada posisi awal ketika Mbah Moen pertama kali dimakamkan.

Berikut beberapa fakta menarik tentang KH Maimun Zubair:

  • Keturunan Sunan Giri

KH Maimoen Zubair, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen, merupakan seorang kiai dan ulama kharismatik dari Indonesia. 

Beliau merupakan anak pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah, lahir di Karang Mangu Sarang pada hari Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 1348 H, atau tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928.

Print Friendly, PDF & Email
Bagikan Berita Ini
Pages ( 1 of 3 ): 1 23Selanjutnya »

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

What to read next...